Daya tahan seorang atlet bulu tangkis tidak hanya diuji oleh kemampuan fisik, tetapi juga oleh ketahanan mental dan taktik mereka saat menghadapi tekanan rubber game. Untuk mempersiapkan diri menghadapi tuntutan fisik dan psikologis ini, Simulasi Pertandingan menjadi elemen krusial dalam program latihan elite. Simulasi Pertandingan dirancang untuk meniru seakurat mungkin intensitas, durasi, dan kondisi stres yang dialami atlet dalam turnamen nyata. Pola latihan ini bertujuan membangun daya tahan spesifik (sport-specific endurance) yang memastikan atlet dapat mempertahankan kualitas pukulan dan kecepatan footwork mereka dari awal hingga akhir rally terakhir, meskipun sudah berada di ambang kelelahan.
Metode utama dalam Simulasi Pertandingan adalah dengan mengatur sesi tanding internal yang berdurasi panjang dan tanpa jeda istirahat yang berlebihan. Di Pelatnas Pratama, Pelatih Kepala, Bapak Irwan Setiawan, B.Or., menerapkan sesi match play yang berlangsung minimal 90 menit penuh setiap hari Rabu dan Sabtu pagi. Durasi ini dipilih karena melebihi rata-rata durasi pertandingan tunggal putra di level internasional. Sesi ini sengaja dilakukan dengan suasana yang menekan, seperti penonton yang bersorak (disimulasikan oleh rekan-rekan atlet lain) dan keputusan wasit yang ketat, untuk melatih endurance mental di bawah tekanan.
Untuk meningkatkan daya tahan fisik dalam konteks Simulasi Pertandingan, pelatih sering menggunakan teknik Fatigue Match. Dalam teknik ini, atlet diwajibkan melakukan serangkaian latihan fisik intensitas tinggi, seperti burpees atau shuttle run, segera sebelum dan di antara set pertandingan. Tujuannya adalah memulai pertandingan dalam keadaan sudah lelah. Ahli Fisiologi Olahraga, Dr. Bambang Sudarsono, S.Or., Ph.D., yang memantau kondisi atlet pada tanggal 1 Desember 2025, mencatat bahwa detak jantung rata-rata atlet selama Fatigue Match berada di zona anaerobik (sekitar 85-95% dari detak jantung maksimum), yang melatih tubuh untuk mengatasi penumpukan asam laktat dengan lebih efisien.
Aspek penting lain dari Simulasi Pertandingan adalah fokus pada situasi set point dan rubber game. Pada akhir kuartal IV tahun 2025, Kepala Divisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan) PBSI menerapkan aturan baru dalam game internal: setiap set harus dimainkan hingga skor 25, bukan 21, dan setiap set yang dimenangkan harus dimainkan hingga deuce minimal dua kali. Modifikasi aturan ini memaksa atlet untuk mengeluarkan cadangan energi dan daya tahan psikologis ekstra, memastikan mereka terbiasa membuat keputusan taktis yang cepat dan akurat bahkan ketika fisik sudah mencapai batasnya. Melalui program latihan panjang yang terstruktur ini, atlet dapat membangun daya tahan fisik dan mental yang siap menghadapi tantangan turnamen sesungguhnya.